INTOLERAN PAKSA'AN JILBAB DI SEKOLAH |
Sobat sukses persoalan jilbab atau kerudung di sekolah tampaknya terus saja di goreng-goreng oleh sekawanan buzzer. Ya mereka ini seakan-akan ingin menggiring frasa jilbab tersebut hanya pada salah satu figur saja, ya siapa lagi kalau bukan Anies Baswedan.
Si kesayangan para sekawanan buzzer itu. Apapun isu nya apapun masalah di negara ini kok ya selalu dikaitkan dengan Anies Baswedan. Tak hanya itu belum lama ia ini pula sekawan buzzer memainkan narasi seolah ada segelintir oknum kelompok Islam tertentu yang ingin mengembalikan hari Minggu ke hari Ahad. Ya aneh isu yg tak pernah kita dengar itu tiba-tiba saja mereka dengungkan, seolah-olah ada oknum islami yang merubah kalender.
Goreng-menggoreng ini kemungkinan sebagai upaya untuk menyudutkan kelompok Islam tertentu, yang arahnya adalah mengaitkan kelompok itu dengan figur Anies Baswedan. Ya isu dan gosip yang tak pernah kita dengar itu tiba-tiba ada seolah isu itu diciptakan sebagai alat menyudutkan figur tertentu.
Kini banyak pengamat beranggapan jika Anies Baswedan ini adalah kuda hitam, segala arah penjuru angin mencoba menyerangnya melemahkannya seperti sebegitu beratkah menumbangkan Anies hingga harus diterjang dan dikait-kaitkan dengan berbagai isu masalah sosial yang ada.
Ya persoalan jilbab di sekolah tak hanya terjadi di Jakarta saja. Di provinsi dan kabupaten lain pun ada, namun tampaknya sekawanan buzzer ini lebih memilih Jakarta dan Anies Baswedan sebagai objek narasinya.
Tentu ini tak lain dapat dimaknai demi kepentingan untuk menguntungkan salah satu politisi saja, ya ... siapa lagi kalau bukan yang mereka junjung dan mereka promosikan selama ini di kanal YouTube mereka itu. Ya mungkin sekawanan buzzer ini tampaknya menyimpan endapan kebencian dari kekalahan kontestasi politik yang telah lalu.
Selain isu intoleran yang terus mereka dengungkan itu, mereka tak lupa acapkali mengomentari cara berpakaian menutup aurat. Sekarang aksi yang sama pula mereka mencoba mengait-ngaitkan persoalan jilbab ini dengan Anies Baswedan, tentu ini salah kaprah, salah tuduh yang tentunya salah sasaran. Mengingat Anies sendiri pun tampaknya mungkin tak pernah memaksakan jilbab untuk anak perempuannya.
Lalu yang jadi pertanyaan kenapa persoalan jilbab dari oknum-oknum guru itu dikaitkan dengan Anies Baswedan. Fakta ini mengejutkan banyak orang, disaat Jakarta ingin bangkit, move on dari pilkada 2017 tapi di saat yang sama pula buzzer-buzzer ini seakan mencoba bernostalgia hanyut dan menari dalam kesedihan dengan terus memainkan lagu-lagu kesedihan dan perasaan yang merana itu karena kekalahan.
Sementara itu di lain sisi pula kata nasionalisme dan hitam putih hijau biru kuning politik juga mereka dengungkan untuk membangun polarisasi dan kotak - kotak kepercayaan. Tujuannya jelas memecah belah dukungan yang berpotensi bisa diserap oleh Anies Baswedan.